AHLAN WA SAHLAN

Thursday, November 11, 2010

Hikayat Seorang Ayah, Anak dan Keledai



Mengenai ucapan orang, ada yang berkata ; " Bib, karena majelis dimajukan maka saya jadi buru-buru dan akhirnya tidak mau pakai jaket MR karena dicaci maki orang sebab tidak tertib", kok tidak mau pakai jaket MR gara-gara cacian orang, masyaallah…?

Hadirin hadirat, ada sebuah hikayat untuk tidak terlalu mendengarkan ucapan orang jika kita dalam kebenaran, jika kita dalam kebenaran maka jangan terlalu memikirkan ucapan orang nanti menjadi gila, karena pernah terjadi ada sebuah hikayat dalam ilmu usul dimana seorang lelaki yang lanjut usia bersama anaknya yang masih kecil membeli keledai, maka sang bapak naik ke atas keledai dan anak 
menuntunnya, maka di saat itu orang-orang protes : "dasar bapak tidak punya rasa kasian, anaknya yang masih kecil berjalan dia malah naik di atas keledai", mendengar ucapan itu sang bapak turun kemudian meminta anaknya untuk menaiki keledai, maka sesampainya di perkampungan yang lain diprotes lagi : " anak tidak tau adab, bapaknya sudah tua renta disuruh berjalan anaknya di atas keledai", maka sang bapak berkata : " nak, turunlah kita berjalan saja ", maka mereka berdua berjalan kaki, maka sampai di kampung lain 
diprotes lagi : " keledai tidak ditumpangi dibeli, sungguh tidak waras!", maka sang ayah berkata : " salah lagi kita nak, ya sudah kita naiki berdua saja ", maka naiklah mereka berdua ke atas keledai, sesampainya di suatu perkampungan diprotes lagi : " sungguh kejamnya orang ini, satu keledai ditunggangi berdua", maka sang ayah berkata : " kita salah lagi nak, jadi kita apakan keledai ini?", akhirnya sang bapak berkata : " sudahlah nak, kita pikul saja keledai ini, biarkan orang mau berkata apa", jadi gila akhirnya orang itu, karena keledainya mereka angkat bersama. 



Hadirin hadirat, jadi jangan terus memikirkan ucapan orang, tetapi jangan berbuat salah. Kita berbuat sesuatu yang benar, setelah itu biarkan orang mau berbicara apa, karena terkadang kita benar pun tetap salah dipandangan orang lain. Kita berusaha dalam kebenaran dan selanjutnya jangan memikirkan perkataan orang, itu yang ingin saya sampaikan.

Sumber: Habib Munzir Al-Musawa

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host